Bonsai
Desahan nafas itu terdengar lagi walau tak seberat
sebelumnya, tetap saja ternyata jatuh tak pernah tak sakit. Jatuh pada rasa kecewa yang berulang membuatku merasa seperti di “bonsai” disini, terlihat indah dan baik – baik saja tetapi nyatanya
menyakitkan. Sebab sebuah proses yang tak diberikan kesempatan untuk bertumbuh
selayaknya. Padahal, hakikat makhluk hidup adalah bertumbuh dan manusia di beri
naluri untuk ingin terus bertumbuh. Namun, rasa
ingin bertumbuhku selalu saja dipangkas bahkan tak pernah diberi sekedar
celah hanya untuk menumbuhkan tunas yang baru.
Kemudian muncul pertanyaan – pertanyaan seperti,”Apa aku memang tak pantas?”,” Apa sebegitu tak dipercayakan diriku?”. Perasaan “tak dipercaya” inilah yang seringkali menghujam jantungku, rasa ini pernah hadir sebelumnya di masa lalu. Dan kini dengan berulangnya kejadian yang sama membuatku selalu babak belur untuk berdamai dengan diri.
Kalau memang bukan aku, setidaknya jangan beri ruang semu yang terasa begitu menyegarkan seakan menyemaikan kembali bibit - bibit harapan yang bahkan sudah aku bunuh sebelumnya. Dan setelah kuncup – kuncup asa mulai terlihat, ditebasnya habis dengan kenyataan yang ada. Apa menyenangkan kah mempermainkan perasaan orang? Bukankah lebih bijak untuk mengatakannya setelah hasil sudah jelas? Ah…. Aku sebenarnya sudah terlalu pasai dengan hal harap – mengharap seperti ini. Walau memang mau bagaimana juga harapan adalah sesuatu yang tak bisa dikendalikan, tak dapat di hentikan mau sekeras apapun logika mendoktrinnya.
Kata orang itulah proses, namun bolehkah dalam proses itu aku kesal? karena hari ini sungguh mengesalkan!
Cukup hari ini saja kok, aku sudah berjanji untuk tak akan lagi aku terjebak dalam prasangka – prasangka negatif yang memuakkan ini, karena yang perlu dilakukan adalah terus belajar untuk pulih dari setiap luka yang terbentuk.
Iyaa mari pulih diriku…
Semoga esok alasanku masih tegar hingga aku masih sanggup untuk bertahan.
Karawang, 05 Januari 2021
Komentar
Posting Komentar