Rindu.....
Lantunan ayat suci Al-Qur'an mengalun menembus pendengaran di pagi yang dingin itu, aku tiba - tiba terbangun dan menatap ruangan yang begitu ku kenal betul. Kudengar seruan nama terpanggil dari arah suara lantunan itu berada.
"Iyaaa" Jawab sebuah suara. Sontak, aku menoleh kepada suara itu berasal. Terlihat seorang gadis remaja yang masih terduduk di tepian ranjang sambil menguap berkali - kali.
Dibereskannya selimut yang terlihat nyaman itu dan segera membangunkan adik - adik perempuannya satu persatu.
Gadis itu berjalan gontai keluar dari kamar dan tentu saja aku mengikutinya.
Aku tersenyum menatap ruangan dapur itu, salah satu kepingan memori yang masih membekas dalam ingatanku
Asap sudah sejak tadi mengepul, membumbung ke langit - langit ruangan yang tak begitu besar. Menghangatkan, melawan kabut yang masih pekat menyelimuti pagi diluar sana.
Gadis itu segera beralih membangunkan adik - adik laki - lakinya yang berada di kamar lain, proses membangunkan inilah menjadi awal drama pagi sebelum berangkat sekolah.
Lalu, ajang drama pagi masih berlanjut ketika mengantri mandi, sebenarnya ada dua kamar mandi tapi entah mengapa mereka sering berebut pada salah satu kamar mandi. Ada yang lama sekali mandi hingga perlu mengedor - gedor pintu bahkan ada yang mandi secepat kilat hingga busa sabun masih tersisa di tengkuk leher. Ada lagi drama mencari seragam atau apalah yang akhirnya memicu keramaian di rumah itu. Aku tersenyum memandangi suasana itu.
Ibu yang sibuk memasak hanya beberapa kali mengingatkan.
Dan saat jam sudah menunjukkan waktunya untuk berangkat apalagi ketika ayah sudah siap dengan baju warna kekuningan itu serta fantopel hitam yang mengkilat.
Mereka akan mulai dengan cepat menyiapkan diri.
Ketika mereka satu per satu salim kepada ibu dan ucapan"Assalamualaikum" bersahutan dari teras rumah. Satu per satu punggung itu menjauh dan kini rumah terasa lenggang.
Aku memandangi punggung gadis berseragam putih - abu yang menjauh itu dan berkata lirih,"Waktu berlalu dengan cepat ya"
Aku menjelajahi setiap sudut rumah itu. Namun, tiba - tiba terseret arus dan kembali pada ruangan 3 petak kecil ini dan hampa terasa tanpa riuhnya keramaian itu.
Aku sendiri kali ini dan jauh.
Aku sadar, momen yang begitu sederhana dan kadang menyebalkan itu nyatanya adalah sebuah memori yang begitu aku rindukan hari ini.
Aku rindu.....
Teramat rindu hingga rasanya buncah - buncah itu memenuhi dan menyesakkan dada.
Aku sungguh rindu....
Komentar
Posting Komentar