LEGAWA
Aku ingat cerita Ayah kala itu,
Ia yang begitu sumringah saat mengatakan akan diganti status menjadi Guru Tetap yang berarti menambah pendapatan untuk keluarga kecil kami. Tak seberapa memang, namun beberapa ratus itu sangat berarti untuk kami.Dan ternyata itu hanya sebatas harapan semu.
Aku kesal, Mengapa harus memberi harapan jika tak jadi?
Mengapa betapa mudah memainkan perasaan orang lain?
Aku juga ingat cerita Ayah kala itu,
Ia kesal bukan kepalang, sebab harus menerima 'ketidakadilan' untuk persoalan bursa calon kepala sekolah. Ayah tak punya ambisi seperti itu lagi, ia sudah merasa dengan mengajar sudah cukup untuk hidupnya.
Aku pikir,"Mengapa orang begitu tega melakukan itu pada rekan kerjanya sendiri?"
Dunia kerja memang tak luput dari konflik.
Aku tahu itu.
Aku sekarang merasakannya.
Aku juga pernah diberi harapan, yang sudah mempersiapkan segalanya.
Namun harus menelan kekecewaan beberapa hari sebelum keberangkatan.
Terluka itu pasti.
Orang - orang mengatakan semaunya seakan mengejek tapi mungkin juga bukan.
Hanya saja, itu cukup membuat sisi "blame" itu muncul, Sehinga tanya kembali mencuat seperti "Apakah aku tak cukup berkompeten?"
Aku benci pikiran itu,
Berjalannya waktu aku sudah menerima semuanya bahwa itu merupakan puzzle kehidupanku.
Namun akhir - akhir ini, aku dihadapkan kembali oleh suatu perasaan yang rumit.
Saat aku akhirnya memegang job itu.
Yang dulu seharusnya aku pergi untuk mempelajarinya.
Ah...
Aku tak senang.
Mengapa mudahnya memainkan perasaan orang seperti ini?
Andai dulu dari awal aku tak diberi harapan itu. Mungkin aku merasa tidak apa - apa .
Apakah aku iri hinga berujung dengki?
Lalu aku ingat cerita Abdullah bin Ubay, yang ia memiliki kedengkian luar biasa kepada Rasullulah SAW.
Karena apa? Karena dia yang tadinya telah berada di angan - angan menjadi pemimpin Madinah namun harus tersingkir karena kedatangan Rasullulah SAW.
Naudzubillah min dzalik.
Manusia memang memiliki bibit iri dan dengki sebagai cobaan.
Dan tugas kita tidak menyemainya hingga tumbuh subur.
Jangan biarkan dia menang darimu.
Dunia kerja memang banyak konflik.
Namun ada satu perkataan Ayah yang membekas setelah menceritakan kisah - kisahnya yang seperti itu.
"Udah ikhlasin aja, yang penting saya fokus kerja"
Maka kali ini aku juga berikap untuk legawa (bahasa jawa yang artinya: menerima setulus hati,ikhlas,rela)
Iya... supaya aku tak menjadi orang yang memiliki penyakit hati serupa menyimpan racun dalam diri sendiri dan fokus untuk bekerja saja..
-Sabila Haqiqi-
Komentar
Posting Komentar