Langit
Langit dan awan adalah hal yang biasa terlihat, liuk - liuk awannya yang berbentuk tak karuan terpampang dengan background biru muda yang terbentang. Indah sekali! Mahakarya Tuhan yang disuguhkan sebagai atap manusia ini sungguh hal yang luar biasa, Bagaimana bisa Tuhan memilih warna biru untuk sesuatu yang terbentang lebar semacam langit dan laut? Ujarku. Warna yang membuatku jatuh hati dan kembali jatuh hati.
Aku ingat benar momen saat aku menjatuhkan hati pada langit, saat itu usiaku masih anak kelas 4 SD. Karena suatu hal, keluarga kami pindah ke tempat yang jauh dari sekolah dan aku harus menaiki sepeda setiap hari melewati jalan yang sempurna bebatuan. Ketika lelah datang, aku selalu berhenti di dekat pohon sambil mengelap keringat yang bercucuran, aku memandang lurus ke arah hamparan sawah yang menguning dibawah bentangan langit yang biru apalagi merasakan angin yang berhembus pelan menerpa wajahku. Aku perhatikan di ujung hamparan sawah itu terdapat kendaraan - kendaraan kecil yang berlalu lalang, aku selalu bergumam,"Mau kemana mereka?","Ada apa di ujung sana ya ". Momen itulah ketika aku berhenti dan memperhatikan sesuatu yang biasa terlihat dengan seksama. Momen itulah yang membuatku jatuh cinta.
Dan langit masih saja tetap sama dari aku yang berseragam putih - merah dengan aku yang menjadi pekerja. Iya... Langit akan tetap sama dan seakan - akan hanya aku yang menua.
Aku menghela nafas.
Tua yaa...
Kini, aku berada diantara riuhnya kehidupan kerja dan aku terus saja merasa lelah, seakan - akan berlari dan berlomba - lomba pada sesuatu yang hanya terlihat mata. Sesuatu yang indah dan melenakan, semuanya terukur dengan materi dan kesenangan.
Iya... sebut saja kehidupan dunia.
Memang manusia memang perlu dunia..
Dan memang harus seimbang antara dunia dan akhirat.
Tetapi seimbang itu tak bisa sama rata secara sempurna bahkan timbangan saja memiliki nilai toleransi untuk berlebih atau berkurang.
Dan akhirnya memang harus memilih untuk memberatkan salah satu.
Kemudian,terbesit pertanyaan,"Mana yang ingin diberatkan?"
Aku yang sekian kalinya masih memandang langit akhirnya menyadari sesuatu.
Biru itu memang indah apalagi dilihat oleh mata.
Namun, semakin ingin diraih dan digenggam
Biru itu tak ada...
Tak akan pernah ada...
Sebab ia fana..
Dan tak akan selamanya...
-Sabila Haqiqi-
Komentar
Posting Komentar