JENUH

Deru suara mesin terdengar terengah - engah, menembus lalu lintas yang semakin tak bersahabat.
Entah karena sudah terbiasa, aku sudah berhenti mengutuk keadaan itu dan memilih untuk menerima semua ini.
Diantara laju bis yang merambat pelan, aku termangu.
Mengedarkan pandangan diantara derasnya kehidupan.
Manusia berbondong - bondong ke arah yang sama namun tak terlihat ujungnya
Terkungkung pada rutinitas monoton dan keburu - buruan.
Dan aku berada pada gerombolan itu.
Mengikuti arus atau terdiam dan mungkin itu bisa membuatku terjatuh.
Jadi aku kembali bertanya pada diri, "Sanggupkah kamu bertahan?"
Ku pandangi beberapa orang yang mungkin sudah belasan tahun mengalami keadaan yang sama, dan membuatku bergumam,"Bagaimana cara mereka bertahan?"
Aku sendiri bahkan terjebak dalam kejenuhan.
Iya... aku berada pada fase dimana kadang - kadang seseorang kehilangan maunya dan mungkin keidealisannya.
Fase yang menuntut untuk bersikap realitis terhadap kenyatan.
Tidak seperti ketika masa kanak - kanak yang begitu mudahnya menceletukkan mimpi - mimpi indah.
Kemudian aku menyadari sesuatu.
Bahwa bersikap realistis bukan berarti memadamkan mimpi.
Pasti ada mimpi yang bisa dihidupkan dengan keadaan sekarang.
Pasti ada....
Walau ada mimpi - mimpi yang terbengkalai karena tak mampu digapai dulu.
Itu tidak apa - apa.
Sungguh!
Untuk berusaha tak ada kata terlambat.
Jadi aku berkata pada diriku yang sedang berada pada masa - masa yang begitu menjemukan,
"Memang, jenuh terhadap sesuatu adalah lumrah dan mungkin kamu bisa begitu merasa bergairah untuk sesuatu yang baru
Namun, kadang kamu tak bisa menuntut kehidupan memberikan hal yang baru. Belajar banyak kok, termasuk belajar menuntaskan kejenuhan tanpa meninggalkan"



Coretan malam gadis biasa,
-Sabila Haqiqi-

Komentar

Postingan Populer